Glitter Words

Jumat, 14 Mei 2010

5 Alasan Wanita Indonesia Belum Mandiri Secara Finansial

5 Alasan Wanita Indonesia Belum Mandiri Secara Finansial


Para wanita berbelanja (dok detikcom)
Jakarta - Survei menunjukkan setengah dari wanita Indonesia tidak memiliki rencana keuangan. Padahal wanita merupakan 'Direktur Keuangan' yang memiliki posisi paling penting dalam keluarga.

Padahal emansipasi wanita kini sudah menjadi hal yang tak terbantahkan lagi. Saat ini, semangat Kartini dicerminkan melalui peran wanita Indonesia dalam bentuk pergerakan hak dan keadilan yang diekspresikan di kehidupan ekonomi, sosial dan politik, namun untuk permasalahan keuangan, boleh dibilang para kaum hawa tidak memiliki kompetensi yang sepadan.

Hasil survey Citibank Indonesia dalam Citi Fin-Q (Financial Quotient) 2009 yang melibatkan responden wanita menunjukkan bahwa separuh wanita Indonesia tidak mempunyai rencana keuangan. Sebagian yang telah mempunyai rencanapun belum tentu melaksanakan rencana keuangannya.

Mengapa wanita Indonesia belum mandiri secara finansial? Berikut 5 alasan utama wanita belum mandiri secara finansial, seperti dikutip dari siaran pers Citibank, Selasa (20/4/2010).

1. Terbuai Asmara

Pada umumnya, saat memasuki jenjang pernikahan, wanita mempersilakan pria untuk bertanggung jawab soal keuangan. Banyak wanita yang diajarkan, bahkan bercita-cita untuk bergantung semata pada pasangannya. Kaum pria sering dianggap lebih memiliki kemampuan untuk memperoleh penghasilan dan bertahan dalam kondisi sulit (survive) sementara wanita tidak.

Dalam beberapa kebiasaan ataupun tradisi yang dianut di Indonesia, wanita dituntut untuk menurut saja pada suami dengan imbalan proteksi dari segi keuangan. Ketergantungan ini membuat wanita tidak siap jika pasangan mereka kehilangan pekerjaan, mengalami kecelakaan, atau meninggal dunia – sehingga menyebabkan seorang istri harus mengasuh dan membesarkan anak seorang diri.

Untuk itu hidup di zaman sekarang, wanita semakin dituntut untuk mandiri dan saling mendukung dalam kehidupan berkeluarga.

2. Terlalu Muda Untuk Menabung

Pada saat masih berusia muda, umumnya wanita tidak menaruh prioritas untuk menabung demi masa depan. Wanita lebih mementingkan pengeluaran untuk memperbaiki penampilan dan memperoleh hal-hal yang tidak dimilikinya saat masa kanak-kanak. Kecenderungan ini pada akhirnya menjurus pada kebiasaan belanja kompulsif. Dengan berjalannya waktu, jumlah pengeluaran semakin meningkat dan semakin sulit untuk menciptakan kebiasaan menabung.

Hal yang terbaik untuk mengajarkan nilai uang pada generasi muda adalah dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk mulai bekerja selepas usia remaja dan membiasakan mengelola keuangan pribadi.

3. Tergoda Belanja dan Terlilit Utang

Iklan dan promosi untuk kecantikan, fashion dan kebutuhan rumah tangga semakin meningkatkan selera belanja wanita. Hal ini membuat para wanita merasa bahwa mereka memiliki kendali terhadap pengeluaran, tetapi sayangnya belanja kompulsif ini semakin menggali utang lebih dalam.

4. Terintimidasi Sukses

Walaupun tingkat penghasilan wanita cenderung lebih rendah daripada pria, kaum wanita terus memperjuangkannya di dunia kerja. Namun kesuksesan di dunia kerja dapat membawa keretakan pada hubungan rumah tangga.

Wanita yang memiliki penghasilan lebih tinggi dari pasangan, tangkas menangani pengeluaran dan mengendalikan uang rumah tangga sering dianggap agresif dan tidak feminin baik di mata laki-laki maupun sesama wanita. Untuk menjaga hubungan rumah tangga, terdapat sejumlah wanita yang merelakan hak finansialnya demi keutuhan keluarga.

5. Terdorong untuk Membantu Orang Lain

Wanita selalu mengutamakan suami, anak, orangtua, anggota keluarga bahkan orang-orang yang tidak mampu. Membantu orang lain memberikan rasa bermanfaat dan rasa senang karena telah berbuat baik pada orang lain. Terkadang wanita melupakan dirinya sendiri, sehingga pengeluaran untuk orang lain terus berjalan dan hal ini sangat berbahaya jika ia dan keluarga terlilit utang.

Untuk melanjutkan semangat Kartini guna menciptakan kemandirian wanita Indonesia, maka seyogyanya wanita memperhatikan pengelolaan keuangan. Perlu dilakukan skala prioritas dalam mengatur pengeluaran sehari-hari, sehingga sebisa mungkin mementingkan fungsi daripada sekedar gengsi.

Wanita juga perlu menanam kebiasaan menabung dan berinvestasi, menyiapkan dana darurat dan hidup seimbang dengan mementingkan kebutuhan pribadi dan keluarga.

Kemandirian finansial bukan sebatas tidak bergantung pada pasangan, tetapi juga memahami bahwa wanita dapat mengelola finansial secara mandiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar