Glitter Words

Rabu, 14 Oktober 2009

Autobiografi mySouL.


YUNI TRI HARTATI

21207428

2 EB 03

BAHASA INDONESIA

Bpk. SUGITO MARTODIWIRYO


Universitas Gunadarma Depok adalah tempat dimana aku menuntut ilmu sekarang ini. Disanalah aku memulai kehidupan baru dan belajar untuk memahami keadaan dunia global. Disana pula, aku mendapatkan manis dan pahitnya dalam bersosialisasi baik didalam maupun diluar kampuz. Aku senang, sekarang aku dapat kuliah walaupun tidak di tempat perguruan tinggi negeri( PTN ). Aku telah berusaha untuk mengejar beasiswa di PTN, tetapi aku tidak lulus di universitas UI, UNJ, STAN, STIS. Padahal aku sangat berharap dapat kuliah di salah satu tempat tersebut.

Akupun lelah, kecewa, dan pesimis. Aku ditawarkan bekerja Freelance atau di Event Organitation oleh temanku. Aku digiurkan dan dihasut olehnya untuk bekerja disana. Tetapi aku belum diberi kebebasan oleh ayahku untuk bekerja, bahkan aku dituntut untuk dapat kuliah di PTN. Aku benar-benar depresi dengan itu. Aku ingin mencoba untuk ikut mendapatkan beasiswa tersebut, tetapi aku tidak mau menunggu waktu dan berdiam diri dirumah serta tidak ada kesibukan atau kegiatan lainnya. Ibuku memberikan pendapat, agar aku ikut kursus bahasa inggris atau computer dahulu. Dan kakakku memberi solusi supaya aku dapat kuliah sambil menunggu tes masuk di PTN. Kakakku pula menawari dan memberikan brosur berbagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS ) yang ada di Jakarta, mulai dari kampuz Trisakti, Atmajaya, Bina Nusantara, Moestopo, Perbanas, Interstudy, IKJ, STE YAI.

Aku bingung dan sudah malas ikut berbagai ujian tes masuk di kampuz. Apalagi waktu pendaftaran untuk mahasiswa baru di setiap kampuz sudah mau ditutup. Setelah aku mencari informasi dan menimbang-nimbang, ternyata biaya di universitas tersebut cukup mahal dan lokasinya cukup jauh. Aku segan apabila nanti kuliah, naik bus yang kondisinya ramai dan macet. Aku ingin mencoba sesuatu yang baru yaitu naik kereta api. Apalagi aku dapat menaiki kereta apapun dengan gratis atau bebas dari biaya tiket dengan menggunakan kartu yang diberikan oleh ayahku, kartu tersebut bernama KBD ( Kartu Bukti Diri ).

Akhirnya, aku memilih Universitas Gunadarma yang berada di Depok dengan alasan biaya kuliahnya cukup murah, lokasinya tidak terlalu macet, dapat menggunakan jalur perkereta apian dan dapat pergi kuliah bersama dengan teman-temanku yang kuliahnya di Depok.

Aku mendaftarkan diri dengan temanku yang kuliahnya di UI, aku bingung aku harus mengambi jurusan apa?! Temanku menghasut agar aku memilih jurusan psikologi atau computer. Aku tidak tahu kalau di gunadarma itu jurusan yang paling terbaik adalah computer, tetapi aku menghiraukan perkataan temanku itu. Sehingga aku memilih jurusan akuntansi, karena aku ingin bekerja di sebuah Bank dan ingin mengasah otak supaya dapat mengotak-atik angka (menghitung). Apalagi kakak maupun saudara-saudaraku sebelumnya kuliah mengambil jurusan computer dan manajemen. Oleh karena itu aku memilih jurusan akuntansi, sebab Aku ingin sesuatu yang baru dan berbeda dari mereka.

Karena aku tidak mendapatkan program beasiswa dari pihak sekolah/kampus, aku mengikuti tes masuk untuk penentuan great atau pemotongan biaya. Setelah itu,aku mendapatkan great 2 dan mendapatkan potongan yang cukup dari biaya sebelumnya.

“Hari pertama di kampus….”

Hari senin adalah awal yang buruk bagiku. Pertama kali aku datang ke kampus yang berada di Pondok Cina, aku benar-benar buta ( tidak tahu apa-apa). Aku tidak tahu jadwal mata kuliah dan dimana kelas baruku. Salahnya, aku tidak ikut OSPEK dan PSPPT yang diselenggarakan oleh kampus. Aku panic dan bingung harus bertanya oleh siapa. Apalagi tempatnya sepi dan sudah masuk kelasnya masing-masing. Akhirnya, aku mencari tahu dan bertanya-tanya dengan kakak kelas yang ada disana. Aku melihat dan mencatat jadwal yang ada di madding. Hari ini aku mendapatkan jadwal di kampus E ( kelapa dua ). Aku fikir, aku mendapatkan kelas menetap di kampus D. Ternyata, kelasku berpindah-pindah tempat dan pada saat itu pula aku langsung naik angkot menuju kesana.

Sampainya disana, aku tidak tahu kelas pertamaku dimana. Apalagi terlalu banyak gedung dan tidak ada petunjuknya. Aku bertanya-tanya dan langsung masuk kelas. Aku terlambat hampir 30 menit dari jadwal sebelumnya dan setelah aku berlari-lari menuju kelas, ternyata dosennya belum hadir. Aku masuk kelas dan langsung duduk di kursi paling depan. Aku berdiam diri serta benar-benar merasa asing di kelas itu. Aku menengokan kepalaku ke arah kanan, kiri dan kebelakang tak ada satupun yang aku kenal. Kemudian, ada seorang wanita yang mengulurkan tangan padaku untuk berkenalan. Dan akupun berjabat tangan padanya dan saling memperkenalkan dirinya masing-masing dengan yang lain. Tak lama kemudian, dosennya datang menghampiri kelas. Semua mahasiswa/i terdiam dan pada saat itu pula materi perkuliahan dibahas olehnya.

Waktu menunjukan pukul 11.00 kita semua break untuk istirahat dan mengunjungi tempat makan. Hampir satu kelas hadir semua untuk makan siang disana. Inilah hal atau moment yang aku senangi. Aku baru merasakan persahabatan dan rasa kebersamaan serta inilah dunia baruku sekarang.

###


Kelas dua dan tiga

Dua semester telah aku lalui. Setelah aku mengikuti ujian dan mendapatkan nilai yang cukup memuaskan, aku naik tingkat serta mendapatkan teman baru lagi. Aku memulai beradaptasi dengan suasana yang baru lagi. Sekarang, aku sudah tidak kaku lagi berkenalan dengan orang baru. Tetapi, aku lebih senang dengan teman-temanku dulu sewaktu kelas satu. Semakin lama aku makin malas dan jenuh kuliah, karena hampir setiap hari kuliah dari pagi sampai sore dan aku disibukan oleh urusan pribadi. Apalagi aku sudah banyak absen dan kebanyakan tugas-tugas yang tidak terkumpulkan sehingga nilai-nilai ku terjun bebas. Ini semua salahku sendiri, penyesalan memang selalu datang terlambat.

Teman-temanku saat ini tidak seperti yang dulu. Mereka lebih senang berkelompok dan lebih kompleks serta pemilih. Sekarang aku merasakan seperti autis dan orang yang misterius. Kadang aku masuk kelas dan kadang aku pergi atau menghilang tanpa kabar secara tiba-tiba. Aku merasa seperti tidak ada teman dekat dan tidak ada seorangpun yang membantuku di kelas. Apabila tugas kelompok, aku sering sekali tidak mendapatkan teman dan tidak ada teman yang mau bekerjasama denganku. Terkadang mereka selalu beribu alasan untuk menolaknya. Dengan alasan, aku ini adalah orang yang tidak bisa diandalkan/tidak bisa diajak kerjasama, pemalas, tidak berprestasi dll.

Aku jenuh dan penat dengan keadaan ini. Aku ingin bangkit lagi dan memperbaiki semua itu. Akupun berharap mendapatkan teman baru saat di kelas baru lagi. Tetapi angan-anganku itu salah dan akhirnya aku mendapatkan teman-teman yang sama……

Tetapi sekarang aku telah menduduki kelas tiga, keadaannya telah berubah. Aku berharap keadaan itu tidak terulang lagi padaku.

###


Masa-masa saat aku kuliah tidak jauh berbeda dengan masa SMA ku…

dapat dibilang ini adalah de javu…..

Aku yang memiliki sifat pendiam, pemalu, pesimis, tetapi dihiasi oleh persahabatan dan kebersamaan yang selalu saling mendukung walaupun terkadang menyakitkan hati dengan keegoisannya masing-masing….

.

Pada saat pengumuman hasil ujian, aku benar-benar kecewa karena nilaiku kecil dan tidak seperti yang kuharapkan. Aku bingung dimana tempat aku melanjutkan menuntut ilmu ke jenjang SMA. Apalagi nilai NEM ku kecil dan tidak bisa mendapatkan SMA Negeri. Keluargaku sangat kecewa, apalagi ayahku. Beliau sangat mengharapkan aku sebagai anak bontot yang bisa mendapatkan SMA Negeri, karena kakak-kakaku tidak bisa mendapatkan SMA Negeri dan aku mematahkan arang ayahku yang dimana pada saat itu pula kondisinya lagi sakit parah. Aku hanya diam membisu dan putus asa, sebab ayahku bilang aku belum pasti bisa melanjutkan ke SMA karena tidak ada biaya. Apalagi kakak-kakakku masih pada kuliah dan kakakku yang pertama sedang membutuhkan biaya yang banyak untuk wisudanya. Saat itu, ayahku benar-benar stress. Ibukupun hanya bisa menemani ayahku dan membantu dengan doa saja. Alhasil semuanya berjalan dengan lancer. Ayahku sudah sembuh, kakakku lulus wisuda dan aku bisa melanjutkan ke SLTA walaupun aku mendapatkan SMK bukan SMA.

Aku sangat malu dan minder dengan teman-temanku yang lain. Mereka bisa mendapatkan SMA Negeri dan fasilitas yang mendukung dari keluarganya. Apalagi mereka mendapatkan SMA yang bonafit dan mayoritas mereka membawa kendaraan pribadi. Walaupun begitu, aku tetap berprestasi baik dari kelas satu, kelas dua dan kelas tiga.

Di SMK aku tidak aktif seperti dulu lagi, karena fasilitas yang ada di SMK tidak mendukung dan para murid pun sudah cukup lelah mendapatkan pelajaran dari pagi sampai sore. Disana, Aku mengambil jurusan sekretaris, karena aku ingin belajar untuk memanage segalanya dan akupun bercita-cita ingin menjadi seorang sekretaris di kantor yang kerjaanya mendampingi big boss untuk bertemu para klaim dan dapat jalan-jalan keluar.

Tetapi pada saat aku kelas dua, aku dan tiga teman dalam kelompokku PKL ( Proyek Kerja Lapangan) di PT. Jamsostek Juanda, Kota. Teman-temanku ada yang menjadi assisten bagian jaringan komputerisasi, bagian personalia, bagian perpustakaan,dan aku bagian kesekretarisan. Walaupun bukan sekretaris sesungguhnya, aku bisa merasakan itu semua. Sungguh sayang, aku tidak mendapatkan satu kelompok dengan para sahabatku.

Selama tiga bulan aku dan teman-temanku PKL disana, benar-benar pekerjaan yang melelahkan tetapi mengasyikan. Aku dan teman-temanku mendapatkan uang, layaknya orang gajian walaupun tidak seperti upah karyawan yang bekerja disana. Setelah aku selesai mengikuti PKL selama tiga bulan, aku menulis laporan kegiatan selama PKL dan akhirnya aku membuat Proposal atau tugas akhir untuk mengikuti ujian kompetisi saat aku kelas tiga nanti.

Pada saat aku kelas tiga aku di tes dan berdandan serta berpakaian rapi layaknya sekretaris sesungguhnya. Aku masuk keruang sidang untuk pengetesan tanya jawab dan ini adalah syarat untuk mengikuti Ujian Nasional. Setelah aku disidang, aku memulai pekerjaan seorang sekretaris dari pagi sampai sore.

Satu minggu setelah ujian kompetisi, adalah hari yang menegangkan dan sangat mencemaskan bagi semua murid khususnya kelas tiga yaitu saatnya mengikuti Ujian Nasional yang standart nilainya harus mencapai 3.5. Setelah ujian berakhir, dari pihak sekolah mengadakan perpisahan sekolah untuk kelas tiga. Para guru-guru, orangtua murid, serta murid-murid meriahkan acara tersebut dan mengadakan doa akbar untuk khususnya kelas tiga supaya pada lulus semua.

Beberapa bulan kelas tiga diliburkan untuk menunggu hasil kelulusan, sambil menunggu pengumuman kelulusan banyak para siswa yang mencari magang dan aku berlibur serta bermain-main dengan sahabatku. Aku dan para sahabatku hobinya berjalan-jalan mengsisi waktu luang. Pada saat aku berkunjung kerumah sahabatku aku dikejar-kejar anjing di perumahan komplek. Padahal diantara kita berenam dari sahabatku, aku tidak membuat gaduh. Aku berlari memutar-mutar di sekeliling sahabatku, dan aku ditertawakan oleh mereka. Sungguh sangat menyakitkan hati, hal itu adalah peristiwa yang tidak akan aku lupakan. Disaat posisiku sedang sulit, mereka puas mentertawakan aku sampai aku berlari-lari kepanasan dan bajuku basah diguyur air keringat yang mengucur dari badanku. Inikah yang namanya sahabat??

Sahabat yang dibilang bintang kelas, anak emas para guru dan diberi tanggung jawab dikelas. Mereka seenaknya memperlakukan itu ke aku. Disaat senang mereka selalu ada dan disaat sulit mereka acuh.

Setelah pengumuman kelulusan, aku kehilangan kabar tentang mereka. Kita sudah tidak pernah berkumpul dan bermain-main lagi, karena mereka sudah mendapatkan panggilan kerja. Mungkin aku orang yang paling beruntung dari shabatku. Diantara mereka akulah yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.

###

Banyak orang bilang masa-masa SMA adalah peristiwa atau masa-masa yang paling indah, tetapi bagiku masa-masa SMP adalah masa yang berharga untukku….

Setelah lulus dari SD, aku melanjutkan ke SMPN 33 yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Awal pendaftarannya pun dipersulit karena kurang cap stempel dan tanda tangan dari kepala sekolah SD. Apalagi saat itu masih liburan dan kepala sekolahkupun lagi berlibur keluar kota bersama keluarganya. Tidak hanya aku saja, ada juga 2 orang anak yang nasibnya sama sepertiku. Akhirnya aku dibantu oleh guruku.

Kelas satu SMP belum berkesan tetapi aku banyak teman dan selalu berprestasi. Kelas dua SMP, aku mendapatkan kelas unggulan yang dimana tempat ajang bersaing untuk mendapatkan nilai tertinggi dari satu kelas maupun kelas yang lain. Saat itu aku merasa minder, karena temen-teman baruku itu mayoritas orang berada dan pintar. Walaupun aku bukan bintang kelas, tetapi aku aktif di OSIS sebagai sekretaris OSIS, ketua team madding, paskibra, paduan suara, serta pernah mendapatkan juara satu pada saat mengikut perlombaan gerak jalan tingkat kotamadya Jakarta Selatan dan aku sering ikut lomba paskibra, madding, serta cerdas cermat di berbagai SMP walaupun tidak mendapatkan juara.

Kelas tiga pun aku mendapatkan kelas unggulan lagi, dimana hampir sebagian teman-temanku sama seperti kelas dua sebelumnya. Sekarang semua kegiatanku itu vacuum karena aku disibukan dengan les dan pendalaman materi untuk menempuh Ujian Nasional. Pada saat ujian nasional fikiranku benar-benar kosong dan seakan-akan aku sia-sia mengikuti les atau pendalaman materi tetapi materi itu hanya bebepa persen saja yang keluar dari pertanyaan tersebut. Pada saat pengumuman hasil ujian, aku benar-benar kecewa karena nilaiku kecil dan tidak seperti yang kuharapkan.

###


Awal dari sebuah terbentuknya untuk menjadi anak yang mempunyai bakat….

Walaupun sekolahku dekat dari rumah, setiap harinya aku harus di antar dan dijemput sekolah. Aku tidak mau diantar maupun dijemput selain ibuku. Padahal kakak-kakak ku sekolah satu SD denganku, walaupun berbeda jarak antara 5 sampai 4 tahun dan mereka juga bersedia berangkat kesekolah bersama dengan teman-temannya yang lain. Dari kecil, aku tidak pernah akur dan sering bertengkar dengan mereka. Apalagi pada saat belajar dengan kakakku yang pertama, aku sering sekali dipukul hingga aku menangis. Karena aku tidak bisa membuat angka delapan dan ejaan huruf masih salah. Kakak ku yang pertama sering sekali dimarahi oleh ayahku, dan mereka selalu iri denganku karena aku anak emas dari ayah dan ibuku.

Kelas dua SD aku masih mempunyai sifat manja oleh ibuku, tapi ayahku melarang aku agar aku belajar untuk menjadi anak yang mandiri. Akhirnya, setiap hari aku kesekolah selalu bersama kakakku yang kedua. Setiap harinya aku harus menuggu kakakku hingga jam pelajarannya selesai dan terkadang sebaliknya.

Kelas tiga SD, aku sudah belajar mandiri karena kakakku sudah duduk dibangku SMP. Setiap harinya, aku berangkat dan pulang sekolah selalu dengan teman-temanku. Walaupun rumahnya berbeda komplek, aku belajar untuk menjadi pemberani. Aku sering sekali di hukum di depan kelas oleh wali kelasku. Aku memang bukan bintang kelas dan bukan anak nakal, tetapi wali kelasku sungguuh pilih kasih terhadap murid-muridnya. Aku yang masih belum lancar menghafal perkalian dan pengucapan bahasa inggris,dihukum dan berdiri didepan kelas. Sedangkan temanku yang sama sepertiku, ia dibebaskan dari hukuman. Ini memang sungguh tak adil bagiku. Memang, aku beda dengannya dari factor ekonomi dan kecantikan parasnya. Apalagi ia telah mengharumkan nama SD ku dengan bakat ia menari pada saat perlombaan antar SD disekolah SDN Manggarai.

Kelas empat SD, aku selalu di cap dan disorot oleh wali kelasku karena nilai bahasa inggris dan matematika ku merah. Akupun sering sekali jadi bahan objekan oleh teman-teman para lelaki di kelasku. Aku sering dikunci didalam toilet, diejek, dan dipermainkan oleh mereka. Padahal aku tidak pernah membuat perkara olehnya, tetapi mereka lebih senang mempermainkan aku sebab aku anak yang pendiam.

Kelas lima SD aku sering di puji oleh guruku karena nilai dan tulisanku bagus. Setiap pelajaran kesenian, aku selalu mendapat nilai bagus. Diantara mata pelajaran lain, yang paling bagus nilainya adalah pelajaran kesenian. Tetapi aku tidak puas dengan itu, aku dan teman-temanku saling berlomba untuk mendapatkan tropy bergilir.

Kelas enam SD aku yang penakut, pendiam, pemalu tetapi berprestasi. Aku ikut serta dalam perlombaan MTQ tingkat kotamadya Jakarta Selatan walaupun aku mendapatkan juara dua dan sering mengikuti perlombaan-perlombaan kesenian antar SDN di satu tempat.

Itulah memory-memory disaat aku tumbuh dan beranjak menjadi dewasa, saat ini adalah kenangan dimana saat aku dilahirkan ke bumi melalui perut ibu…..

Dahulu ayahku hanya ingin mempunyai 2 anak dan ibuku langsung KB (Keluarga Berencana). Tetapi Allah berkehendak lain, aku dibuat dan diciptakan diperut ibuku. Selama Sembilan bulan ibuku menahan beban yang harus dideritanya sebagai ibu hamil. Ibuku mengidam makan pedas, lebih senang berdandan maupun bercermin didepan kaca, dan lebih senang jalan-jalan.

Pada saat waktunya aku memulai menghirup udara di dunia, ibuku dibawa kerumah sakit yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Saat itu, ayahku belum pulang kerja. Dirumahku hanya ada bibiku serta anak-anaknya dan kakak-kakak ku yang sedang asyik bermain. Akhirnya ibuku dibawa kerumah sakit bersama bibiku. Tak lama kemudian, ayahku datang dan menemani ibuku dalam proses kelahiranku.

Alhamdulillah…….pada tanggal 02 Juni 1989 pukul 15.30 aku telah dilahirkan kebumi dengan sehat, selamat dan lancar. Setelah itu aku dimandikan dan ditimbang. Beratku 35kg, sedangkan panjangku 50cm. Kemudian aku ditimang-timang oleh ayahku dan pada saat itu pula keluarga besarku hadir memenuhi ruang rawat ibuku. Aku diberi nama oleh kakekku dengan nama YUNI karena aku lahir dibulan Juni. Ayahku menambahkan nama TRI karena aku anak ke tiga dari tiga bersaudara. Sedangkan ibuku menambahkan nama Hartati, nama itu adalah nama panggilan ibuku saat kecil, nama tersebut khas asli orang Jawa dan ibuku berharap agar aku mempunyai harta yang melimpah kelak. Sehingga apabila digabungkan menjadi satu yaitu YUNI TRI HARTATI…

Ayahku bilang sejak aku kecil, aku adalah anak kesayangan nenekku sehingga aku disapa rhara. Akupun kurang begitu tahu kenapa aku sering disapa rhara. Padahal aku biasa dipanggil yuni. Olehkarena itu, aku ingin mengenang nama rhara yang masih menyimpan tanda tanya dan sebab itulah saat aku ingin memulai kehidupan baru, aku membiarkan orang lain menyapa aku dengan sebutan “ rhara”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar